Sabtu, 07 Agustus 2010

Kisah Pemuda yang Hilang

Hari ini Atun pergi ke sekolah seperti biasa, melintasi jalan Pohon Pinang. Hembusan angin membelai seluruh tubuh Atun yang sedang mengendarai sepeda motornya. Dan hari yang redup pun menambah sengatan rasa dingin disetiap detik perjalanan.

Di perjalanannya, Atun melihat seorang wanita tua melambaikan tangannya pertanda meminta tumpangan. Atun pun berhenti dan bertanya,"mau kemana bu?" lalu wanita menjawab,"tolong antar saya keujung jalan ini, bisa gak?"Hari ini Atun pergi ke sekolah seperti biasa, melintasi jalan Pohon Pinang. Hembusan angin membelai seluruh tubuh Atun yang sedang mengendarai sepeda motornya. Dan hari yang redup pun menambah sengatan rasa dingin disetiap detik perjalanan.

Di perjalanannya, Atun melihat seorang wanita tua melambaikan tangannya pertanda meminta tumpangan. Atun pun berhenti dan bertanya,"mau kemana bu?" lalu wanita menjawab,"tolong antar saya keujung jalan ini, bisa gak?", "Pasti bisa, bu" jawab Atun yakin. Karena ujung jalan Pohon Pinang sudah terlihat tidak begitu jauh. Dan atun pun mempersilakan wanita itu menduduki bagian belakang jok motornya.

Lonceng sekolah berbunyi, tanda bagi murid segera masuk ke kelas masing-masing. Guru pun masuk ke kelas Atun. Sebelum memulai pelajaran, sang guru bertanya," Atun Nawangsyah kemana?". Para murid di dalam kelas itu pun menggeleng tidak tahu keberadaan Atun.

Jam menunjukkan angka 12, waktunya istirahat dan makan siang. Atun pun belum terlihat sedikit pun batang hidungnya. Teman sekelas Atun pun tak menghiraukan, seolah itu hanya hal biasa dan sepele. Dan akhirnya lonceng berbunyi terakhir kali untuk hari itu, menandakan berakhirnya aktivitas belajar mengajar di sekolah. Namun Atun pun tak kunjung datang. Kemudian walikelas Atun menelpong orang tua Atun, namun kecemasan tiba-tiba menyelimuti. Atun belum pulang ke rumah.

Hari pun menghitam, dan kembali memutih. Pergantian tanggal telah terlaksana. Sekolah kembali terisi oleh penimba ilmu. Hari ini Atun hadir dengan kantung mata menghitam, dan terlihat letih. Kaki kurus dan panjangnya melangkah gontai menuju kelas serasi dengan sayu matanya.

Sesampainya dikelas, Atun duduk dan meletakkan kepalanya diatas meja. Tak lama kemudian, walikelas masuk bernama Pak Suhaifi. Melihat Atun, Pak Suhaifi bertanya,"Atun, kemarin kamu kemana? Bapak sampai menelpon orang tua kamu. Kamu pasti cabut sekolah, dan pergi ke warnet, kan?!". "Tidak, pak", jawab Atun lesu. "Jadi, kamu kemana?". "mengantar ibu2 ke rumahnya di ujung jalan",jawab atun. "loh, ngantar kan cuma sebentar. Apalagi kamu cuma ngantar ke ujung jalan",kata Pak suhaifi. "iya, kalo cuma ke ujung jalan Pohon Pinang mah dekat, tapi ibu itu rupanya benar2 meminta ke ujung jalan itu, bukan ujung jalan Pohon Pinang. Jadinya saya ngantar ibu itu ke ujung jalan yang ujungnya ada di provinsi sebelah. Makanya saya gak sekolah. Jam 7 malam aja baru nyampe rumah, pak." jawab Atun. "Waduuh.. "

8 komentar:

  1. atunn tu bukan GW.................

    BalasHapus
  2. atun = a(two)n = a2n = aan..
    Hha.ha.ha.ha.ha.
    Dasar ganteng !

    BalasHapus
  3. ckckckckxkcdkckckci

    BalasHapus
  4. aan ga ganteng., tapi TEMBEN .
    ATEM = AAN TEMBEM :D
    wkwkwkw

    BalasHapus
  5. atun aka antem motu = aan tembem imut gitu...
    wkwkwkwkwk
    kurang srek frenn., maaf ya fren, kita kan broo...

    BalasHapus
  6. oh my godddddddddddddd

    BalasHapus

Silahkan berkomen. Dan follow blog ini ya.